SHUFI DAN AKTIFITAS SOSIAL-POLITIK DI PULAU JAWA

  • ajid thohir IAILM Suryalaya
Keywords: Aktivitas para shufi, sosial organik, religio politik

Abstract

Aktivitas para shufi dalam kehidupan sosial maupun kebudayaan telah diteliti para sarjana mengenai kasus dan fenomena sosial yang telah digerakkan oleh mereka. Gerakan-gerakan sosial dan politik di sebagian wilayah Islam telah banyak dilakukan oleh kelompok-kelompok sufi seperti Al-Murabithun 1056-1147 M di Maroko, Muwahhidun 1121-1269 M di Afrika Utara, Shafawiyah 1501-1151 M di Persia dan sebagainya. Di Pulau Jawa ada gerakan sosial politik shufi di Banten 1888, gerakan sosial politik di Jawa Tengah dan Jawa Timur 1888, serta gerakan sosial politik di Sidoarjo Surabaya 1904. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah. Mengkaji berbagai fenomena tarekat dalam kehidupan sosial-politik di masyarakat, bisa dipahami dengan melihat suatu perbandingan dengan doktrin Islam (islamic) yang masuk ke dalam suasana masyarakat kemudian terjadi proses tawar- menawar antara ajaran dasarnya dengan conditiosine quenon masyarakat,
sebutlah peristiwa seperti ini sebagai fenomena Islamicate yang akan melahirkan realitas sejarah baru bagi dunia Islam (Islamdom), sebagai sebuah realitas yang sebenarnya (meminjam istilah Hudgson, 1975:56-60). Proses dari “Islamicate” ke “Islamdom”, perlu dipahami pada studi ini yakni ketika tarekat berubah dari sistem “sosial-organik” ke sistem “religio-politik.” Suatu perubahan yang memang seharusnya dikehendaki oleh para penganut setianya; kapan ia mesti sebagai pusat lembaga moral dan akherat sentris dan kapan ia mesti sebagai gerakan sosialpolitik yang profan. Pada jaman kolonial, para shufi dengan gerakan tarekatnya melakukan pemberontakan, baik di Banten, di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta di Sidoarjo Surabaya. Sekalipun pemberontakan-pemberontakan tersebut kemudian telah ditumpas, tetapi dalam beberapa waktu pegawai-pegawai pemerintah merasa tidak aman dan takut kalau-kalau persekongkolan antara Haji dan Kiyai dengan tarekatnya akan mengadakan pembunuhan besar-besaran terhadap orang-orang kafir seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Sejak saat itu akhirnya keberadaan tarekat selalu dicurigai dan dimusuhi oleh kolonial, dan keberadaannya terus ditekan. Sekalipun demikian, sampai saat ini kehidupan para shufi terus berlanjut dimanapun termasuk di kalangan masyarakat modern saat ini, karena merupakan kebutuhan spiritual masyarakat dan anak-anak manusia dalam mengembangkan diri, baik secara individu maupun secara kolektif (berjama’ah)
dalam mengasah potensi spiritualnya.

Published
2020-12-01
How to Cite
thohir, ajid. (2020). SHUFI DAN AKTIFITAS SOSIAL-POLITIK DI PULAU JAWA. ISTIQAMAH: Jurnal Ilmu Tasawuf, 1(1), 1-18. Retrieved from http://jurnal.iailm.ac.id/index.php/istiqamah/article/view/246